Nova Bayar, perempuan berusia 39 tahun dari Desa Tutuhu, Kabupaten Pulau Morotai, adalah sosok perempuan kepala rumah tangga yang sejak lama dikenal masyarakat karena pengabdiannya. Namun, titik balik perjalanannya dimulai ketika ia bergabung bersama LBH Perempuan dan Anak Morotai dalam Program INKLUSI. Dari sinilah lahir Layanan Pos Pengaduan Desa Tutuhu, sebuah inisiatif yang menjadi jembatan antara masyarakat dan akses layanan publik.
Mengelola Layanan Pos Pengaduan bukanlah hal mudah. Letak Desa Tutuhu yang berjarak lebih dari 50 km dari ibu kota kabupaten membuat akses layanan administrasi kependudukan (adminduk) seringkali menyulitkan warga. Namun, Nova tidak menyerah. Ia menjadikan Layanan Pos Pengaduan sebagai ruang pelayanan gratis bagi masyarakat, membantu pengurusan KTP, KIA, hingga KK tanpa biaya sepeserpun.
Lebih dari itu, Layanan Pos Pengaduan juga menjadi ruang
perlindungan pertama bagi warga yang mengalami tindak kekerasan. Nova
menghadirkan tempat aman untuk mencari keadilan, sesuatu yang sebelumnya jarang
tersedia di desa.
Ketekunan Nova membuat masyarakat semakin menghargai
perannya. Dari sekadar pelayan publik di Layanan Pos Pengaduan, ia kini dipandang sebagai pemimpin
yang adil dan responsif. Kecepatan dan ketulusannya dalam membantu warga
menjadi alasan utama mengapa masyarakat semakin respek kepadanya.
Puncak pengakuan itu datang pada Musrenbang Desa
September 2025, ketika forum membahas penyusunan RKP Desa 2026. Tanpa diduga,
masyarakat secara spontan mengusulkan Nova sebagai Ketua Tim 7 RKP Desa.
Awalnya ia ragu, merasa belum siap. Namun, dorongan dari LBH Perempuan dan Anak
Morotai serta pendamping desa menumbuhkan keberaniannya. Nova akhirnya menerima
amanah tersebut.
Sesuai regulasi Permendes No 21 tahun 2020, Ketua
Tim RKP memiliki kewenangan memilih anggota tim berdasarkan kesepakatan forum.
Nova pun menggandeng Ibu Wahyuni, seorang pendeta di Tutuhu, sebagai
anggota tim. Meski surat keputusan resmi dari sekretaris desa belum terbit,
pengakuan masyarakat sudah lebih dulu mengukuhkan Nova sebagai pemimpin.
Seorang warga Tutuhu menyampaikan alasannya,
"Bu Nova itu cepat tanggap. Sejak ada Pos Pengaduan,
urusan adminduk kami jadi lebih mudah. Beliau juga adil dalam menghadapi
masalah. Karena itu kami percaya, beliau pantas memimpin penyusunan RKP
Desa."
Kerja keras Nova tidak hanya mendapat pengakuan
masyarakat, tetapi juga dukungan kelembagaan dari pemerintah desa. Hal ini
terlihat pada Musrenbang Desa Tutuhu yang membahas Anggaran Perubahan Tahun
2025. Dalam forum tersebut, Layanan Pos Pengaduan untuk pertama kalinya
memperoleh alokasi anggaran operasional sebesar Rp 2.000.000 dari dana desa.
Keputusan ini menjadi tonggak penting. Menandai bahwa
Layanan Pos Pengaduan bukan lagi sekadar inisiatif pribadi, tetapi sudah diakui
sebagai bagian dari layanan desa. Memberi legitimasi dan keberlanjutan bagi
kerja-kerja Nova dalam melayani masyarakat dan membuka jalan bagi kemungkinan
peningkatan dukungan anggaran di tahun-tahun berikutnya.
Kisah Nova Bayar adalah
bukti nyata bahwa kepemimpinan perempuan lahir dari pengabdian yang
konsisten. Dari Layanan Pos Pengaduan yang sederhana, ia membangun kepercayaan
masyarakat, hingga akhirnya dipercaya memimpin perencanaan pembangunan desa.
Perubahan ini bukan hanya tentang Nova, tetapi juga tentang bagaimana desa
Tutuhu mulai membuka ruang lebih luas bagi perempuan untuk memimpin dan
menentukan arah pembangunan.
Cerita perubahan dari Nova Bayar yang berhasil menggeser persepsi masyarakat tentang kepemimpinan perempuan. Dari pelayan publik di Layanan Pos Pengaduan, ia tumbuh menjadi figur strategis dalam perencanaan desa, membuktikan bahwa kepemimpinan lahir dari kerja nyata, keberanian, dan keadilan.